Sejarah di Indonesia dan Dunia
Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi Terlengkap
Setiap ilmu mempunyai sejarah perkembangan masing-masing, tak terkecuali ilmu Sosiologi.
Sebelum membahas sejarah ilmu sosiologi secara lebih jauh, baik kiranya
jika kita mengetahui sedikit tentang apa itu ilmu sosiologi. Istilah
sosiologi berasal dan kata socius dan logos. Socius (bahasa Latin) berarti kawan dan logos (bahasa Yunani) berarti kata atau berbicara.
Dengan demikian, ilmu sosiologi berarti ilmu yang berbicara mengenai
masyarakat. Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah
masyarakat. Sosiologi memfokuskan diri pada hubungan-hubungan
antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut di
dalam masyarakat. Masyarakat sebagai objek studi sosiologi menunjuk pada
sejumlah manusia yang telah sekian lama hidup bersama dan mereka
menciptakan berbagai peraturan pergaulan hidup sehingga membentuk
kebudayaan. Nah, berikut ini sejarah perkembangan ilmu sosiologi di Dunia dan di Indonesia.
Auguste Comte: Bapak Sosiologi |
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Dunia
Kita mungkin bertanya bagaimana perkembangan sosiologi hingga mencapai
bentuknya seperti sekarang. Sosiologi awalnya menjadi bagian dari
filsafat sosial. llmu ini membahas tentang masyarakat. Namun saat itu,
pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik
perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik sosial, dan
kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya,
pembahasan tentang masyarakat meningkat pada cakupan yang Iebih mendalam
yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma yang
harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Sejak itu. berkembanglah
suatu kajian baru tentang masyarakat yang disebut sosiologi.
Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang
berdiri sendiri karena adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang
selama ini dianggap sudah seharusnya demikian nyata dan benar. L Laeyendecker mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi:
- terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi Prancis,
- tumhuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15,
- peruhahan di bidang sosial dan politik,
- perubahan yang teijadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther.
- meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern.
- berkembangnva kepercayaan pada diri sendiri.
Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman tersebut menyebabkan
perubuhan-perubahan jangka panjang yang ketika itu sangat mengguncang
masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya setelah terlena beberapa
abad. Auguste Comte, seorang filsuf Prancis. melihat
perubahan-perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti
berkembangnva demokratisasi dalam masyarakat. tetapi juga berdampak
negatif. Salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik
antarkelas dalam masyarakat. Menurut Comte, konflik-konflik tersebut
terjadi karena hilangnva norma atau pegangan (normless) bagi masvarakat
dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam masyarakat
Prancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnva Revolusi Prancis,
masyarakat Prancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hat itu
terjadi karena masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi
perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai
untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang
masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan
suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Namun.
Comte belum berhasil rnengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah
ilmu. Ia hanya memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi.
Sosiologi baru berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim
mengembangkan metodologi sosiologi melalui bukunya Rules Of Sosiological
Method. Meskipun demikian, atas jasanva terhadap lahirnya sosiologi, Auguste
Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi. Meskipun Comte mendapatakan
istiiah Sosiologi, Herbert Spencer-lah yang mempopulerkan istilah tersebut melalui
buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer
mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori
evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar
tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat. Menurut
Comte, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks
karena ada diferensiasi (proses pembedaan) di dalam bagian-bagiannya.
Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah system yang tersusun atas
bagian-bagian yang saling bergantung sebagaimana pada organisme hidup.
Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti jika ada
peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan
suatu transisi dan homogen ke heterogen dan kondisi yang sederhana ke
yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian
berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejarah ilmu Sosiologi di Indonesia
sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak
mempelajari sosiologi sebagal ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh
bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam
ajaran-ajaran mereka. Sri Paduka Mangkunegoro IV, misalnva, telah memasukkan unsur tata hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda (intergroup relation) dalam ajaran Wulang Reh. Selanjutnya, Ki Hadjar Dewantara
yang dikenal sebagai peletak dasar pendidikan nasional Indonesia banyak
mempraktikkan konsep-konsep penting sosiologi seperti kepemimpinan dan
kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya.
Hal yang sama dapat juga kita selidiki dan berbagai karya tentang
Indonesia yang ditulis oleh beberapa orang Belanda seperti Snouck Hurgronje dan Van Volenhaven sekitar abad 19. Mereka menggunakan unsur-unsur sosiologi sebagai kerangka berpikir untuk memahami masyarakat Indonesia. Snouck Hurgronje,
misalnya, menggunakan pendekatan sosiologis untuk memahami masyarakat
Aceh yang hasilnya dipergunakan oleh pemerintah Belanda untuk menguasai
daerah tersebut.
Dari uraian di atas terlihat bahwa sejarah sosiologi di Indonesia pada
awalnya, yakni sebelum Perang Dunia II hanya dianggap sebagal ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan Iainnya. Dengan kata lain, sosiologi
belum dianggap cukup penting untuk dipelajari dan digunakan sebagai
ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshogeschool) di
Jakarta pada waktu itu menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi
yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di Indonesia walaupun hanya
sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Namun, seiring perjalanan
waktu, mata kuliah tersebut kemudian ditiadakan dengan alasan bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses
yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Dalam
pandangan mereka, yang perlu diketahui hanyalah perumusan peraturannya
dan sistem-sistem untuk menafsirkannya. Sementara, penyebab terjadinya
sebuah peraturan dan tujuan sebuah peraturan dianggap tidaklah penting.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenario Kolopaking
yang pertama kali memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia
pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang menjadi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Akibatnya, sosiologi mulai
mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia apalagi setelah
semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut
ilmu di luar negeri sejak tahun 1950. Banyak para pelajar Indonesia yang
khusus memperdalam sosiologi di luar negeri, kemudian mengajarkan ilmu
itu di Indonesia. Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali
diterbitkan oleh Djody Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia
yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi. Kehadiran buku
ini mendapat sambutan balk dan golongan terpelajar di Indonesia
mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan
mengobati kehausan mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam
usaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat dalam
masyarakat Indonesia saat itu. Selepas itu, muncul buku sosiologi yang
diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diktat kuliah sosiologi yang ditulis oleh seorang mahasiswa.
Sekian uraian tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Sosiologi Terlengkap, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Maryati, Kun. 2001. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Terpopuler
Pages
copyright 2014 Kitab Sejarah Support by Google | zakapedia | Carasiana | Pengertian Ahli | Printersiana | camerasiana | Artikelsiana
0 komentar:
Post a Comment