Minggu, 19 Oktober 2014

Perilaku menyimpang menurut perspektif sosiologi dan pisikologi”


BAB I

PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Di dalam masyarakat pasti banyak terdapat berbagai aturan yang berlaku dalam masyarakat baik aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Berbagai larangan yang berlaku sudah barang tentu tidak hanya berwujud rambu-rambu yang sederhana saja, melainkan juga terdapat rambu-rambu yang  jumlahnya lebih banyak dan kompleks. Rambu-rambu itu bisa berupa norma, nilai, aturan, undang-undang dan sebagainya. Semua rambu-rambu itu mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengatur dan mengarahkan perilaku dan hubungan antar-anggota masyarakat agar tidak saling merugikan atau menyimpang dari kesepakatan yang telah ditentukan sepanjang semua anggota masyarakat bersedia untuk mentaati dan tidak melanggar aturan yang berlaku.Oleh karena itu makalah ini kelompok kami menjelaskan mengenai kontrol sosial dan perilaku menyimpang.
2.      Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari kontrol sosial ?
Apa saja bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial ?
Bagaimana akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial ?
Siapakah agen-agen dari kontrol sosial ?
Apakah pengertian dari perilaku menyimpang ?
Apa saja bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang ?
Apa saja penyebab prilaku menyimpang ?
3.      Tujuan
Menjelaskan pengertian dari kontrol sosial
Menjelaskan Apa saja bentuk-bentuk dan sarana dari kontrol sosial
Bagaimana akibat yang ditanggung bagi para pelanggar kontrol sosial
Siapakah agen-agen dari kontrol sosial
Apakah pengertian dari perilaku menyimpang
Apa saja bentuk-bentuk dari perilaku menyimpang
Apa saja penyebab prilaku menyimpang

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian  Kontrol Sosial
Kontrol sosial menurut para pakar :
·         Peter I. Berger
adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.
·         Roucek & Warren
adalah proses yang terencana atau tidak terencan untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok tempat mereka tinggal.
·         Soejono Soekanto
adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Jadi, Kontrol sosial dapat disimpulkan sebagai semua cara yang atau sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah yang berlaku.

B.     Bentuk-Bentuk dan Sarana Kontrol Sosial
Pengendalian sosial (kontrol sosial) bisa dipahami dalam berbagai dimensi antara lain: berdasarkan sifatnya (preventif dan represif), cara pelaksanaannya (persuasif dan koersif), dan jumlah perilaku serta sasaran yang ditinjau (individu dan kelompok).

Dilihat dari dimensi sifatnya
1.      Upaya Preventif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan sebelumterjadinya penyimpangan sosial, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran sosial.
Contoh: melalui proses sosialisasi tentang ajakan untuk men-ciptakan pemilu yang damai.
2.      Upaya Represif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan setelahterjadinya pelanggaran sosial, yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan ketertiban masyarakat seperti semula. Contoh: penjatuhan hukuman penjara terhadap pidana korupsi.
Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya
1.      Cara Persuasif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Contoh: seorang guru menasihati siswanya yang membolos sekolah.
2.      Cara Koersif : upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan tindakan yang sifatnya memaksa masyarakat agar bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Contoh: penggusuran PKL oleh petugas ketertiban.
Dilihat dari dimensi pelaku dan sasarannya
1.      Pengendalian sosial yang dilakukan individu terhadap individu lain.
Contoh: seorang guru memperingatkan seorang siswa yang membolos sekolah.
2.      Pengendalian sosial yang dilakukan individu terhadap kelompok.
Contoh: seorang polisi yang memperingatkan sekelompok remaja yang melanggar lalu lintas.
3.      Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok terhadap individu.
Contoh: beberapa orang polisi yang memperingatkan seorang remaja yang mengendarai mobil melebihi batas kecepatan.
4.      Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok terhadap kelompok lain
Contoh: penyuluhan yang dilakukan sekelompok relawan kepada para siswa agar menghindari pemakaian narkoba.






C.    Sarana Kontrol Sosial

·           Sanksi
Sanksi ditujukan untuk menekan warga masyarakat dengan pemberian pembebanan penderitaan bagi siapa saja yang melanggar norma yang berlaku.
Macam-macam sanksi: .
Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti: denda, ganti rugi, dan lain-lain.
Sanksi Fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul, dicambuk, dipacung, dan lain-lain.
Sanksi Psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti: dicemooh, diejek, dipermalukan di depan umumm dan lain-lain.
·         Penghargaan
Berfungsi sebagai sarana kontrol sosial yang bekerja secara preventif.
Macam-macam reward:
·         Reward Ekonomi, misalnya: rangsangan diberi uang atau benda-benda ekonomi yanglain.
·         Reward Fisik, misalnya: dibelai, dicium, dll.
·         Reward Psikologis, misalnya: disanjung, dipuji, dll.

·         Akibat yang Ditanggung Bagi Pelanggar Kontrol Sosial
Adapun sanksi yang akan ditanggung atau diperoleh bagi para pelanggar kontrol sosial adalah sebagai berikut :Mendapatkan sanksi berupa hukuman pidana, apabila pelanggaran  yang dilakukan tersebut melanggar hukum yang tertulis yang ada di Indonesia.Misal: Pembunuhan berencana melanggar pasal 351 KUHP.Mendapatkan sanksi berupa digosipkan/pengucilan di kalangan masyarakat sekitar, apabila pelanggaran tersebut melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.Misal: Seorang wanita bekerja di club malam yang setiap harinya selalu pulang di pagi hari.
Maka dengan adanya hal itu, masyarakat sekitar menilai bahwa wanita tersebut dapat dikategorikan sebagai wanita nakal

D.      Agen-agenKontrolSosial
Di dalam masyarakat, terdapat lembaga sosial yang berperan penting dalam melaksanakan pengendalian sosial (kontrol sosial), diantara lembaga tersebut adalah:
a.       Aparat Kepolisian
Pihak yang paling utama yang mempunyai mandat sebagai penegak hukum dan bertugas untuk mengatur ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat di berbagai tempat dan waktu.
b.      Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku.
c.       Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat yaitu individu-individu yang dianggap mempunyai pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lain. Orang tersebut biasanya disegani dan dihormati. Dia diharapkan mampu mencegah terjadinya berbagai perilaku menyimpang di masyarakat.

d. Adat Istiadat
Adat istiadat merupakan tindakan sosial yang ada di masyarakat yang masih memegang teguh tradisi. Warga masyarakat yang melanggar adat/tradisi akan dikenakan sanksi, sanksi tersebut bisa pengucilan dari warga masyarakat sekitar.





E.     Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang menurut para pakar:
·         Soerjono Soekanto
Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
·         John J. Macionis
Perilakun menyimpangan adalah pelanggaran terhadap norma-norma dalam  masyarakat.
·         Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang,
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang  adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku pada suatu masyarakat atau kelompok.

F.     Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang.
·         Berdasarkan Sifatnya
Penyimpangan bersifat positif adalah: penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur  inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Contoh: Emansipasi wanita yang melahirkan wanita karir.
·         Penyimpangan bersifat negatif: adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Contoh pada penggunaan narkoba.
·         Berdasarkan Jenisnya
ü  Penyimpangan primer (primary deviation) adalah: penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang ,serta masih bisa dimaklumi dan si pelaku masih bisa di terima dalam masyarakat.Contoh: karena sesuatu hal seseorang tidak bisa ikut serta dalam siskamling bersama.
ü  Penyimpangan sekunder (secondary deviation) adalah: perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain.  Contoh: orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.

·         Berdasarkan Bentuknya
Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan adalah: suatu perilaku menyimpang yang tidak termasuk tindakan pidana. Contoh: Orang tua yang masih suka bermain kelereng.
Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan (crime) adalah: suatu perilaku menyimpang yang dikenakan sanksi pidana. Contoh: Pencurian, pembunuhan.
Kenakalan Remaja (Jouvenile Delequency) adalah: perilaku menyimpang yang umumnya dilakukan oleh remaja. Contoh: Perkelahian antar remaja.
·         Berdasarkan Perilakunya
Penyimpangan Individual ( Individual Deviation ) adalah penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Contoh: seorang anak yang ingin menguasai warisan orang tuanya. Ia mengabaikan saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma tentpembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas:
1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
5. Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation ) adalah : tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma yang berlaku.Contoh: sekelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.

G.    Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya yang berjudul Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan atau kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
Faktor subjektif adalah: faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (merupakan sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Beberapa penyebab terjadinya perilaku menyimpang:
1.      Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan yang ada di masyarakat.. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna.
Misalnya: karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.      Proses belajar yang menyimpang.
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.Misalnya:  karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3.      Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.
Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan terjadinya perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang
Contoh Perilaku Menyimpang Yang Saya Amati Di lingkungan Sekitar (Kasus Pencopetan) 
Perilaku menyimpang yang kami jadikan contoh yaitu kasus pencopetan di GRAND CITY MALL SURABAYA. pada tanggal 14 oktober 2011 pukul 21.00 wib tepatnya pada saat acara konser salah satu boy band terkenal di indonesia yaitu SMASH.kasus pencopetan tersebut di anggap menyimpang karena merugikan salah satu pihak berupa uang dan materi lainnya yang ada di dalam dompet korban pencopetan.kami mengamati kasus tersebut dari awal kejadian sampai terakhir.pada mulanya korban adalah pasangan remaja pria dan wanita yang hendak pulang setelah menyaksikan konser,tiba-tiba ada seorang lelaki muda yang berperawakan kecil dengan rambut pendek dan menggunakan pakaian kaos berwarna hitam dengan jaket kulit berwarna coklat serta menggunakan celana jeans mendekati si korban. Dan mengambil dompet yang ada di saku wanita tersebut yang berperawakan kecil,kurus,berambut lurus,dan berkulit putih.lantas pencopet tersebut membawa dompet itu kabur dengan wajah yang tenang seolah olah tidak terjadi apa-apa.namun wakita tersebut merasa bahwa ada yang mengambil dompetnya dan langsung berusaha mengejar pencopet tersebut dengan berteriak-teriak kemudian si pelaku pencopet tersebut berhasil di tangkap oleh petugas keamanan setempat. Dan seketika itu juga banyak orang yang berkerumunan mendekati kedua belah pihak yang berseteru. Dan dari pengamatan kami pencopet tersebut sebenarnya berkelompok dan telah merancang aksi tersebut dengan sistem yang sangat rapi.pencopet tersebut sepertinya sudah mempunyai sistem pembagian tugas yang telah direncanakan sebelumnya.ada bagian yang mengambil dompet,kemudian di salurkan ke temannya kemudian di salurkan lagi kepada temannya lagi dan begitu seterusnya.Dan menurut pengamatan kami yang terakhir pencopet tersebut memberikan kepada temannya yang menyamar sebagai tukang becak.sehingga setelah pencopet tersebut di tangkap oleh petugas keamanan setempat barang bukti yang mereka cari tidak di temukan di tubuh pencopet tersebut.sebenarnya korban tersebut yakin dan sudah menyakinkan pihak keamanan bahwa orang yang di periksa tersebut benar-benar adala sang pencopet yang telah mencopet dompetnya namun karena barang bukti tidak ada petugas keamanan tidak bisa berbuat banyak dan akhirnya melepas pencopet tersebut,akhirnya wanita tersebut hanya bisa menangis dalam pelukan kekasihnya yang sangat mesra dan mengharukan.

Bentuk-bentuk Penyimpangan Dari Kasus Tersebut Yaitu:
·         Dilihat dari Faktor Penyebab:
Dorongan kebutuhan Ekonomi
Alasannya karena pencopet tersebut melakukan perilaku menyimpang untuk mencari uang demi terpenuhinya kebutuhan hidup termasuk makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun cara yang mereka lakukan salah dan tidak halal mungkin karena sempitnya lapangan pekerjaan sehingga mereka tidak mempunyai pekerjaan yang layak.
·         Dilihat dari Intensitasnya
Termasuk Penyinpangan Sekunder
Alasannya karena perbuatan mencopet sudah tidak bisa diterima oleh masyarakat dan pelaku dapat disebut sebagai pencopet




·         Dilihat dari Pelakunya
Termasuk Penyimpangan Kelompok
Alasannya karena pencopet tersebut melakukan aksinya tidak sendirian melainkan dengan teman / kelompoknya
·         Dilihat dari Sifatnya
Termasuk Penyimpangan Negatif
Alasannya karena merugikan orang lain dan berdampak buruk yaitu membuat konban kehilangan uang dan materi lain yang ada di dompet yang mengakibatkan korban rugi dan bersedih
·         Dilihat dari Bentuknya
Termasuk Kejahatan
Alasannya karena tindakan tersebut telah jelas melanggar norma dan nilai masyarakat serta termasuk kasus kriminal yang dapat dikenakan sanksi hukum

Bentuk-bentuk Kontrol Sosialnya yaitu:
·         Dilihat dari Sifat dan Tujuannya
Bersifat Represif
Alasannya karena pengendalian sosial tersebut dilakukan setelah terjadinya kasus pencopetan
Dilihat dari Asal Datangnya Pengaruh
Kontrol Sosial Berpribadi
Alasannya karena keadaan tersebut dapat tenang karena adanya seseorang yang berpengaruh yaitu petugas keamanan setempat (Satpam) yang menenagkan pertikaian tersebut


·         Dilihat dari Polanya
Pengendalian Individu Terhadap Kelompok
Alasannya karena petugas keamanan yang menyelasaikan kasus ini hanya satu sementara yang bertikai baik korban maupun pelaku lebih dari satu (Berkelompok)
·         Dilihat dari Resmi Tidaknya
Bersifat Tidak Resmi
Penyelasaian kasus ini hanya berbentuk kompromi dan penggeledahan yang dilakukan kepada tersangka tanpa melalui peraturan / hukum yang jelas
·         Dilihat dari Prosesnya
Secara Persuasif
Karena dilakukan dengan cara kompromi (Musyawarah) dengan saling brdialog tanpa melakukan tindakan kekerasan dan paksaan sedikitpun
·         Dilihat dari Caranya
Secara Informal melalui Kompromi
Disebut informal karena dalam penyelesaian kasus ini tanpa melalui lembaga khusus yang bersifat formal
·         Dilihat dari Lembaga yang Mengurusi
Diurus oleh Petugas Bagian Keamanan (Satpam)
Penyelasaian kasus ini dilakukan secara mediasi oleh petugas keamana setempat
Penyebab dari adanya kasus pencopetan tersebut menurut kami adalah karena adanya kesempatan, motif ekonomi untuk mendapatkan penghasilan, pengaruh dari teman-temanya dan lain sebagainya. Dan agen kontrol sosial dalam kasus tersebut adalah petugas bagian keamanan di parkiran Grand City, karena sebagai wasit atau penengah dari kedua belah bihak dan juga sebagai penyelesai dari sengketa tersebut, walau pun hasilnya tidak memuaskan dan tidak bisa menemukan barang bukti yang di inginkan.


BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan
Perilaku menyimpang merupakan suatu prilaku atau tindakan yang dilakukan seseorana atau kelompok orang yang melanggar norma-norma, nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat. Perilaku ini umumnya disebabkan karena individu atau kelompok tersebut tidak dapat menyerap nilai-nilai dan norma-norma kedalam dirinya, sehingga ia tidak dapat membedakan mana prilaku yang pantas dilakukan dan mana prilaku yang tidak pantas untuk dilakukan. Agar jumlah perilaku menyimpang itu tidak meningkat, maka diperlukan adanya suatu lembaga yang bertugas sebagai lembaga pengendalian sosial (pengontrol sosil), karena lembaga pengendalian sosial tersebut sangat penting dalam menyelesaikan perilaku menyimpang, supaya terciptanya kehidupan yang aman dan tertib dalam masyarakat tersebut. Beberapa diantara lembaga pengendalian sosial diantaranya: Aparat kepolisian, peradilan, adat istiadat, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
B. Saran
Kami menyarankan agar kita selalu waspada terhadap perilaku menyimpang yang ada di sekitar kita. Sebab perilaku menyimpang terjadi tidak hanya karena adanya rencana sebelumnya namun juga karena adanya kesempatan. Selain itu kita juga harus membiasakan diri hidup sesuai dengan nilai dan norma yang dinut oleh masyarakat secara umum yang baik dan bermanfaat, demi terciptanya keteraturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.






DAFTAR PUSTAKA

 
Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saptono, Bambang Suteng.2006.Sosiologi untuk SMA Kelas X.Jakarta:Phibeta.
Sutomo dkk. 2007. Sosiologi Untuk SMA kelas X Semester 2. Malang: Gramedia Indotama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar